Senin, 28 Mei 2012

Mata Minus Karena Kurang Sinar Matahari ?


BERKURANGNYA kemampuan melihat tidak saja menimpa orang dewasa. Saat ini, sudah banyak anak-anak usia sekolah berkacamata minus. Tujuannya, itu tadi, buat membantu mereka melihat.

Data ini lebih mencengangkang. Ternyata, lebih dari 90 persen anak-anak yang lulus sekolah di kota-kota besar Asia menderita miopia atau mata rabun (mata minus).

Para peneliti mengatakan, peningkatan tajam masalah ini karena para siswa terlalu banyak belajar di sekolah. Juga di rumah. Alhasil, mereka kurang mendapat cahaya matahari di luar.

Dalam publikasi di jurnal The Lancet, para ilmuwan mengatakan, satu dari lima siswa bisa mengalami kerusakan mata, bahkan kebutaan. Soalnya, pada saat senggang, para siswa juga lebih banyak menghabiskan waktu bermain komputer dan menonton televisi di rumah.

Menurut peneliti, para siswa seharusnya menghabiskan paling tidak tiga jam sehari untuk menstimulasi produksi dopamine, bahan kimia yang mencegah anak-anak mengalami miopia. Menurut Ian Morgan, pemimpin penelitian dari Universitas Nasional Australia, angka rata-rata miopia di Asia Tenggara sebelumnya sekitar 20-30 persen.

"Apa yang kami lakukan dalam kajian tertulis adalah bukti yang menunjukkan sesuatu yang luar biasa terjadi di Asia Timur dalam dua generasi terakhir. Angka miopia meningkat dari 20 persen jumlah penduduk menjadi lebih dari 80 persen, bahkan 90% untuk anak-anak muda....Jelas ini adalah masalah besar bagi kesehatan," ujar Morgan seperti dilansir BBC.

Para ahli mata mengatakan, miopia adalah gangguan penglihatan di atas jarak dua meter. Penyebab gangguan mata ini disebabkan berbagai faktor, termasuk tuntutan pendidikan dan kurangnya cahaya luar.

Morgan mengatakan, banyak anak di Asia Tenggara menghabiskan waktu lama untuk belajar di sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Tuntutan pendidikan ini juga makin menekan penggunaan mata, namun cahaya dapat membantu memelihara mata.

"Ke luar rumah antara dua sampai tiga jam, walaupun matahari tidak bersinar, tetap menjadi hal penting," tambahnya. Selama ini para peneliti percaya ada masalah genetik terkait dengan gangguan mata.

Sebelumnya, diduga, penduduk dari Cina, Jepang, Korea, dan sejumlah negara lain rentan mengalami mata rabun. Namun penelitian ini menunjukkan hal lain. Di Singapura, dengan komunitas besar dari Cina, Melayu dan India, angka miopia meningkat pesat. Tapi Morgan mengatakan, masalah keturunan juga tetap berperan namun bukan penyebab utama




0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More